Ketahanan pangan
Contoh ketahanan pangan adalah berbagai upaya dan tindakan yang bertujuan untuk memastikan ketersediaan, akses, dan pemanfaatan pangan yang cukup, aman, bergizi, merata, dan terjangkau bagi semua orang. Contoh-contohnya meliputi diversifikasi pangan, intensifikasi pertanian, pengelolaan sumber daya air, dan penggunaan dana desa untuk mendukung budidaya tanaman pangan dan peternakan.
Berikut adalah beberapa contoh konkret ketahanan pangan:
1. Diversifikasi Pangan:
Meningkatkan konsumsi pangan lokal seperti singkong, jagung, ubi jalar, dan berbagai jenis umbi-umbian lainnya.
Mengembangkan produk pangan lokal berbasis tepung, seperti tepung singkong atau jagung yang diolah menjadi produk alternatif beras.
Memperluas jenis pangan yang dikonsumsi masyarakat agar tidak hanya bergantung pada satu komoditas seperti beras.
2. Intensifikasi Pertanian:
Meningkatkan produktivitas lahan pertanian dengan menggunakan teknologi pertanian modern, bibit unggul, dan pupuk organik.
Menerapkan sistem pertanian vertikal di lahan terbatas.
Meningkatkan keterampilan petani dalam menerapkan teknik budidaya yang lebih baik dan berkelanjutan.Ketahanan pangan mencakup beberapa aspek penting yang meliputi ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan memastikan adanya cukup jumlah dan variasi bahan pangan, sedangkan keterjangkauan memastikan pangan dapat diakses oleh masyarakat, termasuk secara ekonomi dan fisik. Pemanfaatan pangan meliputi bagaimana pangan dimasak, disimpan, dan dikonsumsi dengan aman dan bergizi.
Aspek-aspek Ketahanan Pangan:
Ketersediaan Pangan:
Jumlah dan variasi bahan pangan yang tersedia.
Stabilitas ketersediaan pangan dari musim ke musim atau tahun ke tahun.
Produksi pangan lokal dan impor sebagai sumber bahan pangan.
Keterjangkauan Pangan:
Aksesibilitas ekonomi terhadap pangan (kemampuan membeli).
Aksesibilitas fisik terhadap pangan (transportasi, distribusi).
Aksesibilitas sosial (dukungan sosial seperti barter atau pinjaman).
Pemanfaatan Pangan:
Cara bahan pangan dimasak, disimpan, dan dikonsumsi.
Keamanan pangan (bebas dari kontaminasi, higienis).
Diversifikasi konsumsi pangan untuk memastikan gizi yang seimbang.
Selain aspek-aspek utama di atas, ketahanan pangan juga mencakup:
Cadangan Pangan:
Tersedia cadangan pangan yang cukup sebagai antisipasi saat krisis atau musim sulit.
Keamanan Pangan:
Pangan yang dikonsumsi aman dari kontaminasi biologis, kimia, dan fisik.
Pola Makan Sehat:
Konsumsi pangan yang beragam dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
Peran Pemerintah:
Kebijakan dan program pemerintah untuk mendukung produksi, distribusi, dan konsumsi pangan yang berkelanjutan.
Peran Masyarakat:
Perubahan perilaku konsumsi, dukungan terhadap petani dan produsen lokal, serta partisipasi dalam program ketahanan pangan.
Dengan memperhatikan aspek-aspek ini, masyarakat dan pemerintah dapat bekerja sama untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan dan memastikan ketersediaan pangan yang cukup, terjangkau, dan aman bagi semua orang. Program ketahanan pangan desa mencakup berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan di tingkat desa. Beberapa program meliputi pengembangan pertanian berkelanjutan, diversifikasi tanaman, peningkatan keterampilan masyarakat, pembangunan infrastruktur pendukung pertanian, dan pengembangan lumbung pangan desa.
Berikut adalah beberapa program ketahanan pangan desa yang umum:
1. Pengembangan Pertanian Berkelanjutan:
Pengembangan Tanaman: Diversifikasi tanaman lokal, budidaya tanaman unggulan, penggunaan pupuk organik, dan penggunaan teknologi pertanian tepat guna.
Pengembangan Ternak: Pengadaan bibit ternak, pelatihan pemeliharaan ternak, dan pengembangan pakan ternak lokal.
Pengembangan Ikan: Pengembangan budidaya ikan di kolam dan sawah, pelatihan budidaya ikan, dan pemasaran hasil budidaya ikan.
2. Peningkatan Keterampilan Masyarakat:
Pelatihan: Pelatihan pengelolaan hasil panen, pelatihan budidaya tanaman, pelatihan pemeliharaan ternak, dan pelatihan pengolahan pangan lokal.
Edukasi: Sosialisasi pentingnya konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA).
3. Pembangunan Infrastruktur Pendukung:
Infrastruktur Pertanian: Pembangunan jalan usaha tani, irigasi, saluran air, dan lumbung pangan desa.
Akses Pasar: Pembangunan pasar desa, pengembangan sistem distribusi produk pertanian, dan pengembangan kemitraan dengan pihak luar.
4. Pengembangan Lumbung Pangan Desa:
Pembangunan: Pembangunan lumbung pangan desa, pengadaan alat pengolahan pasca panen, dan penyimpanan hasil panen.
Pengelolaan: Pengelolaan lumbung pangan desa yang efisien dan berkelanjutan, serta pemanfaatan hasil panen untuk kebutuhan masyarakat.
5. Pemanfaatan Pangan Lokal:
Pengolahan: Pengembangan olahan pangan lokal yang bernilai tambah, seperti pengolahan hasil panen menjadi produk jadi, dan pengembangan produk olahan pangan lokal yang inovatif.
Promosi: Promosi hasil olahan pangan lokal melalui media sosial, pasar desa, dan event-event lokal.
Program ketahanan pangan desa ini dapat didukung oleh Dana Desa dengan alokasi minimal 20% dari total dana desa yang diterima. Program ini juga dapat melibatkan partisipasi masyarakat, kemitraan dengan berbagai pihak, dan pemantauan serta evaluasi secara berkala. Contoh Pangan
Susu Segar (berasal darisapi, kerbau, kuda, kambing, domba dan hewan ternak penghasil susu lain)
Buah segar utuh.
Buah Kering.
Buah Asin.
Sayur segar.
Kacang segar.
Polong-polongan segar.
Biji-bijian segar.Program Pangan Dunia (WFP) adalah organisasi internasional dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyediakan bantuan pangan di seluruh dunia. WFP adalah organisasi kemanusiaan terbesar di dunia dan penyedia makanan sekolah terkemuka. Didirikan pada tahun 1961, WFP berkantor pusat di Roma dan memiliki kantor di 87 negara...Ketahanan Pangan adalah kondisi di mana semua orang, pada setiap saat, memiliki akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi yang memenuhi kebutuhan diet dan preferensi makanan mereka untuk hidup sehat dan aktif.Berikut 6 contoh pangan lokal sumber karbohidrat pengganti nasi yang bisa dikonsumsi:
Jagung. Jagung mengandung serat yang tinggi sehingga aman mencegah sembelit. ...
Singkong. Singkong memiliki sumber serat yang tinggi dan rendah kadar gula, sehingga dapat mengurangi risiko diabetes. ...
Talas. ...
Kentang. ...
Pisang. ...
Sagu.Ketahanan pangan pada dasarnya bicara soal ketersediaan pangan (food avaibilitas), stabilitas harga pangan (food price stability), dan keterjangkauan pangan (food accessibility). Sumber pangan tidak melulu berasal dari tanaman yang ada di sawah maupun ladang saja, melainkan juga bisa disediakan sendiri.Mengacu pada definisi FAO mengenai ketahanan pangan, maka untuk mencapai kondisi ketahanan pangan harus memenuhi 4 komponen yang harus dipenuhi , yaitu: pertama, kecukupan ketersediaan bahan pangan, kedua, stabilitas ketersediaan bahan pangan tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun, ketiga, aksesibilitas/keterjangkauan terhadap bahan pangan, serta keempat, kualitas/keamanan bahan pangan yang digunakan. Hal tersebut sejalan dengan Peraturan Pemerintah No 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah, maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Ketahanan pangan pada dasarnya bicara soal ketersediaan pangan (food avaibilitas), stabilitas harga pangan (food price stability), dan keterjangkauan pangan (food accessibility).
Sumber pangan tidak melulu berasal dari tanaman yang ada di sawah maupun ladang saja, melainkan juga bisa disediakan sendiri. Salah satunya adalah dengan pemanfaatan pekarangan. Pemanfatan pekarangan dalam konteks ini tentunya pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga. Untuk dapat memaksimalkan fungsi pekarangan ini, maka peran perempuan sebagai pengelola rumah tangga dan menjaga ketahanan pangan keluarga sangat diperlukan.
Peran perempuan dalam menjaga ketahanan pangan keluarga setidaknya terbagi dalam tiga hal: pertama, kemampuan untuk mengatur ekonomi keluarga sehingga mampu untuk membeli kebutuhan pangan. Kedua, kreatifitas perempuan dalam melakukan diversifikasi pangan.Ketiga , kreatifitas untuk memanfaatkan lahan kosong sebagai tempat menanam tanaman pangan. Peran-peran nyata dari perempuan dalam menopang ketahanan pangan keluarga menjadi konstribusi nyata untuk menunjang ketahanan pangan nasional.
Ketiga peran perempuan tersebutlah yang menjadi salah satu dasar bagi Konsorsium klub baca Perempuan dan KSU Karya Terpadu dalam melaksanakan program pendampingan untuk 12 kelompok usaha perempuan yang tersebar pada 8 desa yang ada di Kabupaten Lombok Utara. Namun untuk dapat menjalankan dengan baik peran tersebut, khususnya yang ketiga, yakni kreatifitas untuk dapat memanfaatkan lahan kosong tersebut maka konsorsium tersebut memandang perlu adanya pelatihan bagi semua anggota kelompok. Tidak hanya mengenai kelembagan dan manejemen kelompok saja tetapi juga bagaimana mengolah sampah dapur menjadi pupuk organik serta berbagai teknik untuk budidaya tanaman di pekarangan sebagai salah satu sumber pangan. Untuk itu konsorsium telah melakukan pelatihan dan uji coba Implementasi Pembuatan Pupuk Organik dan Kebun Pangan Organik yang dilaksanakan secara bertahap di semua kelompok dampingan. Sebagai lokasi terakhir, dua Kelompk Usaha Perempuan yang berada di Dusun Kerujuk Desa Pemenang, yakni kelompok Sumber Manis dan Kelompok Sumber Bambu.untuk dapat mengenal berbagai tanaman yang memungkinkan untuk ditanam di pekarangan dengan memanfaatkan limbah plastik, seperti baskom, botol plastik, ember dan lain-lain. Serta berbagai cara budidaya. Selain itu, peserta juga diajarkan teknik pembibitan. Selama ini mereka hanya mengetahui bahwa pembibitan yang dilakukan hanya menggunakan polybag, tetapi bahan lokal juga sebenarnya bisa dipergunakan, dari bambu bekas hingga daun pisang yang masih segar bisa dimanfaatkan sebagai wadah pembibitan. Sampai disini tentu decak kagum menyertai setiap penjelasan pemateri. Mereka tidak menyangka, material yang selama ini dianggap tidak bermanfaat bisa dipergunakan untuk pengembangan pertanian. Setelah mendapatkan materi tersebut, peserta diajak untuk praktik. Mulai dari penyiapan media pembibitan serta penyiapan media tanam.
Pada hari kedua, ibu-ibu mendapatkan pelatihan pembuatan pupuk organik berbahan sampah organik limbah dapur. Berbagai sampah dapur tersebut difermentasi dalam satu wadah dengan menggunakan Mikro Organisme Lokal (MOL) untuk mempercepat proses. MOL yang dipergunakan oleh kelompok juga berbahan lokal, bisa dari bongkol pisang atau sisa buah-buahan yang dicampur dengan air gula dan air beras. Setelah dilakukan permentasi MOL tersebut dapat diaplikasikan pada sampah yang akan dikelola. Hasilnya berupa cairan yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk sedangkan yang berbentuk padatan dapat dipergunakan sebagai pupuk atau sebagai media tanam. Selanjutnya pupuk tersebut langsung dapat mereka aplikasikan pada tanaman yang telah mereka buat pada pelatihan hari pertama. Semangat peserta seakan tersulut ketika panitia menyajikan gambar-gambar sayur yang siap panen yang telah ditanam pada pekarangan oleh kelompok lain yang telah mendapatkan pelatihan serupa sebelumnya.
Hasil yang diharapkan dari pelatihan tersebut adalah meningkatnya keterampilan anggota kelompok usaha perempuan untuk memanfaatkan pekarangan. Tujuan dari kegiatan ini adalah pertama, untuk memenuhi kebutuhan gizi mikro keluarga secara berkesinambungan melalui kegiatan pemanfaatan pekarangan. Kedua, meningkatkan keterampilan anggota kelompok dalam budidaya tanaman, sekaligus pengolahannya dengan teknologi tepat guna. Selain untuk konsumsi keluarga, tanaman tersebut tentu bisa mendapatkan keuntungan secara ekonomi, jika dilakukan secara intensif pekarangan mampu memberikan sumbangan pendapatan 7 hingga 45%. Dengan demikian, apakah kita masih berfikir dua kali untuk mengelola pekarangan kita?
Komentar
Posting Komentar